Ilmu merupakan kunci segala kebaikan dan pengetahuan.

Memiliki bekal ilmu yang cukup akan membuat seseorang lebih bijak dalam bersikap maupun bertindak. Besertaan dengan bekal ilmu yang cukup, seseorang juga akan lebih hati-hati dalam hidup bermasyarakat.

“Iman tanpa ilmu bagaikan lentera ditangan bayi. Namun ilmu tanpa iman bagaikan lentera di tangan pencuri.”

Sajak tersebut dibuat oleh Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal Buya Hamka, sebagai seorang pembesar nama Al Azhar di Indonesia, dan beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional semasa Presiden Susilo Bambang Yudoyono memimpin NKRI pada Selasa, 8 November 2011 lalu. Ia dikenal garang dan hebat dalam berdakwah, konsisten dan teguh pada pendirian.

Beliau menjadi sosok ulama multitalenta yang hebat melalui proses dan waktu yang panjang, sehingga ia mencapai titik puncak yang sungguh luar biasa hebatnya. Hebat dalam arti penuh perjuangan, pengorbanan, kesungguhan, dan pengabdian pada keyakinan maupun cita-citanya.

Beliau seorang ulama sekaligus sastrawan dan wartawan terkemuka di empat zaman. Ketegasan dan konsistensinya dalam menegakan kebenaran dan keadilan sosial Islam dikagumi semua umat. Tidak hanya umat muslim, sejumlah bangsa penjajah dan beberapa negara muslim turut mengakui keteguhan beliau mempertahankan keyakinannya. Ia tidak gentar sedikit pun menentang dan mengkritik penguasa.

Dibalik keteguhan dan ketokohan Buya Hamka, tersimpan sejuta rahasia yang membangun sederatan proses pencarian jati diri hingga membentuknya menjadi sosok ulama multitalenta. Beserta sederet pengalaman hidup yang dilalui, ternyata ia keturunan dari ulama-ulama terkemuka yang pernah hidup dan mengembangkan Islam dengan baik di Minangkabau bahkan di Tingkat Nasional. Termasuk sosok Ayahnya, Syekh Abdulkarim Ambrullah (Haji Rasul) sebagai Ulama Pembaharuan Islam (Tokoh Muda) di Indonesia.

Sedikit cerita untuk lebih mengenal tentang arti perjuangan yang sebenarnya dalam menimba, mengamalkan, sekaligus mendakwahkan ilmu, menjadikan ilmu sebagai sebuah cahaya bagi diri sendiri dan orang lain di sekitar kita, menuntun kearah yang benar, dimana keadilan harus ditegakan, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kita untuk berbuat amar ma'rfu nahi mungkar.

"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung." Q.S.Ali imran : ayat 104.